Rusdi Arfah, S.S., M.H.[1]
Bunuh diri adalah fenomena kematian tinggi yang mengancam semua kelompok umur. Seringkali merupakan fenomena yang mengejutkan atau luar biasa, dan beberapa orang merasa takut atau tidak nyaman ketika seseorang di sekitarnya melakukan bunuh diri. Orang dengan perilaku bunuh diri cenderung sibuk. Fenomena bunuh diri di Indonesia semakin memprihatinkan. Indonesia sebagai negara dengan budaya kolektivitas juga memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi. Menurut Data Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri yang diolah oleh Kompas, mencatat bahwa sejak tahun 2019-2023 kasus bunuh diri meningkat secara ajek. Tahun 2019 ada 230 kasus, tahun 2020 sebanyak 640 kasus, tahun 2021 sebanyak 620 kasus, tahun 2022 sebanyak 902 kasus dan tahun 2023 sebanyak 1.226 kasus. Polri menindak 988 kasus kejadian bunuh diri di seluruh wilayah Indonesia, nyaris seribu. Jumlah kejadian setiap bulan cenderung menunjukkan tren naik mulai Juni hingga Agustus 2024.
Berbagai kasus di media massa memberitakan beberapa orang yang sengaja mempercepat kematiannnya dengan cara bunuh diri. Pemicu dari tindakan itu adalah permasalahan kehidupan. Diantara pelaku tindakan bunuh diri adalah muslim. Di Provinsi Maluku Utara di awal bulan Januari Tahun 2025 Peristiwa gantung diri ini, beredar di media sosial dan pemberitaan yang menjelaskan kejadian secara detail, misalnya Tukang ojek asal Halmahera di usia 35 tahun. “Dalam story WA-nya, ia mengatakan ‘pamit undur diri’.” Kejadian ini terjadi di Kelurahan Marikurubu, Ternate Tengah, Kota Ternate, pada Sabtu siang, 18 Januari 2025, adapula mahasiswi yang menjadi korban. Padahal jika umat Islam mau merenungkan sebenarnya Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, dan patut di syukuri (Q.S. At-Tin : 4) Allah juga telah memuliakan manusia, memberi rezki yang baik, dan memuliakan manusia dari mahluk lain. (Q.S. Al-Isra : 70)
Pendahuluan
Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya sendiri dengan sengaja. Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab akibat yang disebut motif. Bunuh diri menciptakan cara termudah untuk menyingkirkan masalah dengan menghilangkan nyawa sendiri. Seolah-olah mereka tidak memiliki harapan hidup dan tidak ada keinginan untuk melanjutkan perjuangan hidup. Bunuh diri biasanya menjadi jalan yang diambil bagi orang yang depresi, distorsi dan transisi budaya mempengaruhi perilaku bunuh diri orwng tersebut. Selain dari sisi budaya, sisi psikologis dan kejiwaan juga sangat berpengaruh. Depresi menjadi faktor yang dinilai sebagai pemicu bunuh diri, karena pikiran sesseotrang yang mengalami depresi , bunuh diri adalah solusinya. Kepribadian dapat dilihat dari naik turunnya emosi. Banyak yang beranggapan bahwa orang yang bersenang-senang tidak mengalami depresi, bunuh diri nekat melakukannya. Banyak kasus bunuh diri terjadi pada puncak frustasi seseorang karena alasan ekonomi, sosial dan psikologis. Bunuh diri adalah cara seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Ketidakstabilan kondisi sosial ekonomi, kemiskinan dan pengangguran, kecendrungan individualisme adalah realitas yang sering membuat orang melakukkan bunuh diri saat ini. Fenomena ini bisa menjadi sumber stress, dan jika stress yang berkepanjangan maka mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Bunuh Diri Menurut Pandangan Hukum Islam
Menurut Islam, bunuh diri sangat dilarang dan dianggap sebagai dosa besar. Islam mengajarkan bahwa hidup adalah anugerah dari Tuhan dan hanya Tuhan yang berhak menentukan awal dan akhir kehidupan. Oleh karena itu, bunuh diri dianggap bertentangan dengan kehendak Tuhan. Di dalam Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa bunuh diri adalah perbuatan yang sangat buruk. Surah An-Nisa (4:29) Allah berfirman: “Jangan bunuh dirimu, karena sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu”. Hadits Nabi Muhammad juga menegaskan larangan bunuh diri. Nabi Muhammad bersabda: “Barangsiapa membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia ini, Allah akan menghukumnya dengan benda itu pada Hari Kebangkitan” (Sahih al-Bukhari). Islam mengajarkan umatnya untuk bersabar dalam menghadapi cobaan dan kesengsaraan hidup. Ketika seseorang sedang berjuang atau tertekan, Islam mendorong mereka untuk mencari pertolongan dan dukungan dari Tuhan, keluarga, teman atau profesional kesehatan yang berkualitas. Saat menghadapi masalah kesehatan mental atau kesulitan lain, sangat ditekankan bahwa penting untuk mencari perhatian medis dan bantuan dari profesional yang berkualifikasi. Dalam Islam, penting untuk memberikan perhatian, empati, dan dukungan kepada orang-orang yang mengalami kesulitan mental atau berisiko bunuh diri. Komunitas Muslim didorong untuk memperhatikan kesehatan mental dengan serius, menghilangkan stigma, dan menyediakan layanan kesehatan mental yang berkualitas. Membantu orang yang berisiko bunuh diri dalam situasi kritis adalah tanggung jawab bersama untuk melestarikan dan melindungi kehidupan. Namun, penting untuk dicatat bahwa setiap agama memiliki definisi dan interpretasi yang berbeda. Jika Anda memiliki pertanyaan atau kekhawatiran lebih lanjut tentang pandangan Islam dalam hal ini, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli agama atau cendekiawan Islam yang berkualifikasi.
Selain itu, dalil tentang bunuh diri ada dalam Al-Qur’an Surah al-Kahfi. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini. (QS. Al-Kahfi: 6).
Dalam hadits dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda: Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya: dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.
Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya: Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya sendiri. Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.
Berdasarkan kehendak pelaku, kategori bunuh diri yaitu:
- Bunuh diri dengan sengaja, jika seseorang melakukan sesuatu perbuatan yang dapat membunuh dirinya sendiri, dan dia mengiginkan hasil dari perbuatan tersebut, maka ini dianggap sebagai bunuh diri sengaja.
- Bunuh diri tidak sengaja, jika dia bermaksud menikam binatang buruan atau membunuh musuh, lalu mengenai dirinya sendiri dan dia mati, maka ini dianggap sebagai bunuh diri tidak sengaja.
Dukungan Sosial Terhadap Ide Bunuh Diri
Remaja dengan ide bunuh diri disebabkan oleh perubahan lingkungan sosial karena sekolah atau kegiatan di luar rumah. Saat bersekolah, remaja mengalami masalah psikologis karena harus meninggalkan lingkungan sosial yang ada dan berada di luar lingkungan keluarga. Remaja mengalami kurangnya dukungan sosial dari keluarga dan teman. Oleh karena itu, banyak penelitian tentang dukungan sosial kesehatan mental sebagai prediktor perilaku bunuh diri. Remaja yang berada dalam kondisi baru dan tidak menyenangkan akibat kurangnya dukungan sosial menimbulkan kondisi stres bagi remaja dan tidak mampu beradaptasi. Berbeda ketika remaja mendapat dukungan sosial, maka remaja mudah beradaptasi dan tidak mengalami kondisi stress. Dukungan sosial dapat datang dari keluarga, teman, dan orang terdekat, dengan ketiganya berperan dalam membantu remaja mengembangkan pikiran untuk bunuh diri. Sumber dukungan sosial meliputi:
- Dukungan Sosial Keluarga adalah sumber dukungan utama sebelum teman dan orang terdekat, artinya keluarga adalah sumber dukungan sosial pertama bagi remaja. Oleh karena itu, kaum muda dan keluarga memiliki hubungan jangka panjang yang selalu mendukung kaum muda. Remaja yang kurang mendapat dukungan sosial dari bunuh diri dalam kondisi stres.
- Dukungan Sosial dari Teman Perkembangan pikiran bunuh diri juga dapat dipengaruhi oleh dukungan sosial dari teman, karena remaja berada dalam fase perkembangan pencarian jati diri, salah satunya adalah pencarian teman dan teman sebaya. Kurangnya dukungan sosial, seperti kurangnya teman, dapat menyebabkan pikiran untuk bunuh diri pada remaja. Selain itu, remaja yang terus-menerus mengalami stres akibat kondisi tanpa dukungan sosial dapat menimbulkan pikiran untuk bunuh diri.
- Dukungan sosial dari Orang Terdekat
Dukungan sosial dari orang terdekat lainnya dapat menyebabkan ide bunuh diri karena kurangnya dukungan sosial dari orang tersebut. Bagi kaum muda, orang terdekat memiliki tugas untuk memantau keadaan pikiran atau kesehatan mental orang tersebut.
Pandangan Tokoh-Tokoh Islam
- Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, seorang ulama terkemuka dunia, berpendapat tentang bunuh diri, bahwa sesungguhnya kehidupan manusia bukan menjadi hak milik pribadi sebab dia tidak dapat membuat dirinya, anggotanya, ataupun sel-selnya. Diri manusia pada hakikatnya hanyalah sebagai barang titipan yang diberikan Allah. Oleh karena itu, tidak boleh titipan ini diabaikannya, apalagi memusuhinya atau melepaskannya dari hidup.
- Syukron Makmun juga berpendapat bahwa kematian itu adalah urusan Allah, manusia tidak mengetahui kapan kematian itu akan menimpa dirinya. Soal sakit, menderita dan tidak kunjung sembuh adalah qudratullah. Kewajiban kita hanya berikhtiar. Mempercepat kematian tidak dibenarkan. Tugas dokter adalah menyembuhkan, bukan membunuh. Kalau dokter tidak sanggup kembalikan kepada keluarga.
- Amir Syarifuddin menyebutkan bahwa pembunuhan untuk menghilangkan penderita si sakit, sama dengan larangan Allah membunuh anak untuk tujuan menghilangkan kemiskinan. Tindakan dokter dengan memberi obat atau suntikan dengan sengaja untuk mengakhiri hidup pasien adalah termasuk pembunuhan disengaja.
Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu :
Egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi), altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).
Berdasarkan keadaan keluarga, faktor yang mempengaruhi terjadinya pikiran bunuh diri pada remaja terutama adalah keadaan keluarga dimana pernah terjadi bunuh diri atau psikopatologi keluarga. Kedua, remaja mengalami trauma dari pelecehan masa kanak-kanak, perpisahan dan kehilangan anggota keluarga melalui kematian atau perceraian, serta kekerasan fisik dan seksual. Ketiga, kondisi keluarga bermasalah seperti broken home, komunikasi keluarga bermasalah dan keterikatan yang buruk, serta tingkat konflik yang tinggi. Berhati-hatilah saat menilai risiko bunuh diri remaja penilaian hubungan keluarga.
Beberapa Edukasi untuk menghindari Bunuh Diri diantaranya :
- Menetapkan tujuan hidup secara realistik dan jelas.
- Membiasakan diri menulis rencana kerja setiap hari dan bekerjalah sesuai dengarencana tersebut.
- Tetapkan prioritas yang perlu didahulukan dan mana rencana yang sebaikny diakhirkan.
- Sediakan waktu untuk beribadah dan menikmati hobi diri sendiri.
- Tidak mudah terprofokasi oleh ajaran tertentu.
- Rajin memperhatikan kesehatan.
- Bersosialisasi dan berdiskusi dengan orang lain mengenai masalah yang dihadapi.
- Senantiasa bersyukur dengan apa yang telah diraih.
Sehingga Bunuh diri adalah masalah yang kompleks dan serius yang memerlukan pendekatan pencegahan yang komprehensif. Memahami faktor risiko, identifikasi dini, intervensi yang tepat, edukasi, dan upaya pencegahan terkoordinasi dapat membantu menurunkan angka bunuh diri dan mendukung peningkatan kesejahteraan mental pada populasi berisiko. Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan seseorang. Menjaga kesehatan mental yang baik melalui perawatan, dukungan sosial, dan kesadaran dapat membantu individu mencapai kesejahteraan secara keseluruhan dan mengurangi beban penyakit mental yang sering kali diabaikan.
[1] ASN Disnakertrans Provinsi Maluku Utara
Tinggalkan Balasan